Biografi Riwayat Hidup Sutan Syahrir (1909-1966)

 

Biografi Riwayat Hidup Sutan Syahrir (1909-1966)

Sutan Syahrir atau Sutan Sjahrir (ejaan lama) adalah salah satunya tokoh pemuda yang menggerakkan diselenggarakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dia ialah putra Minangkabau. Lahir di Kota Padang Panjang, 5 Maret 1909.

Sutan Syahrir ialah seorang pejuang kerakyatan, kemanusiaan, harkat manusia, serta orang yang memiliki pandangan serta pengetahuan yang luas dan sikapnya tegas, hingga jadikan ia untuk seorang nasionalis serta patriot sejati.

Latar Belakang Sutan Syahrir.

Sutan Sjahrir datang dari keluarga Minangkabau yang cukup terpandang serta dihormati di Koto Gedang, Sumatera Barat. Ayah Sutan Syahrir namanya Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan bin Soetan Leman gelar Soetan Palindih serta Puti Siti Rabiah yang dari Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat. Kakek serta ayah syahrir adalah jaksa yang kerja buat pemerintah Hindia Belanda.

Pada tubuh Sutan Sjahrir mengalir darah bangsawan Mandailing Natal, Ibunya adalah turunan langsung dari Tuanku Besar Sintan dari Natal. Jadi semenjak kecil Syahrir sudah nikmati kemapanan ekonomi serta kehidupan keluarga yang kekinian.

  • Pendidikan Sutan Syahrir
  • Sutan Syahrir mendapatkan pendidikan kekinian serta berprestise.
  • ELS (Europeesche Lagere School) Pendidikan Fundamen.
  • MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).
  • AMS (Algemeene Middelbare School) di Bandung.

Sesudah tamat dari AMS, Syahrir meneruskan pendidikannya ke Fakultas Hukum, Kampus Amsterdam. Di negeri Belanda, Sjahrir jalani kehidupan yang lain dengan di Hindia. Kehidupan di negeri Belanda mengenalkan Sjahrir pada kehidupan yang bebas.

Syahrir tertarik pada sosialisme, terjebak dalam Perkumpulan Mahasiswa Sosial Demokrat Amsterdam, serta banyak membaca buku-buku tentang sosialisme. Disamping itu, Syahrir menyertakan diri dalam pergerakan Sarekat Buruh serta kerja pada Sekretariat Asosiasi Buruh Transport Internasional. Kecuali menyertakan diri dalam perkumpulan mahasiswa sosialis, Sjahrir aktif dalam dialog Perhimpunan Indonesia (PI) yang saat itu diperintah oleh Mohammad Hatta.

Dari pendidikan-pendidikan serta pertemanan cendekiawan yang didapatkan Sutan Syahrir itu, sudah membuat syahrir berkembang dan tumbuh jadi insan pintar serta mempunyai jiwa yang gawat pada permasalan zaman dimana dia hidup.

Sutan Syahrir diasingkan ke Boven Digoel

Pekerjaan politik Sjahrir makin mencolok saat dia bersama-sama Hatta membangun satu partai baru, yaitu PNI-Baru (Pendidikan Nasional Indonesia). Dalam Kongres I di Bandung di bulan Juni 1932 Sjahrir dipilih untuk ketua Pimpinan Umum PNI Baru. Pimpinan Syahrir diikuti oleh pembimbingan koalisi ke untuk menumbuhkan kematangan politik serta jiwa gawat. Sesaat sesudah itu, Hatta kembali pada Hindia serta kepemimpinan PNI-Baru diberikan padanya.

Sjahrir dengan maksud kembali pada Belanda untuk meneruskan studinya. Tetapi belum dia tinggalkan Hindia, beberapa pimpinan PNI-Baru diamankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Kegiatan-kegiatan PNI-Baru dipandang beresiko sebab lakukan propaganda lewat tulisan-tulisan yang dimuat dalam majalah Daulat Rakjat.

Syahrir diamankan serta dipenjarakan di Cipinang semasa beberapa waktu. Pada tanggal 16 November 1934, Pemerintah Hindia Belanda putuskan untuk mengasingkan Syahrir bersama-sama pimpinan PNI-Baru yang lain ke Boven Digoel.

Sjahrir jalani waktu pembuangan semasa satu tahun di Boven Digoel, selanjutnya dipindah ke Banda Neira sampai pecahnya Perang Pasifik, serta pada Februari 1942 dipindah ke Sukabumi. Semasa ada di pengisolasian, Sjahrir terus ikuti perubahan dunia luar lewat beberapa surat berita yang diedarkan di Jawa serta di negeri Belanda. Saatnya dia butuhkan dengan membaca serta belajar tentang ekonomi, politik, dan budaya.

Pandangan Syahrir Tentang Revolusi Kemerdekaan

Syahrir bertambah memprioritaskan langkah damai dalam mengakhiri perselisihan, hingga dia diketahui untuk seorang diplomat serta politikus ulung. Saat beberapa pemuda ambil langkah penculikan Soekarno untuk memaksanya selekasnya memproklamasikan kemerdekaan, Syahrir sebetulnya tidak sepakat dengan aksi itu, walau dia ingin kemerdekaan secepat-cepatnya.

Dalam ini Syahrir memiliki pandangan jika mempertaruhkan hidup ialah satu sikap serta tindakan yang juga bisa dilaksanakan oleh beberapa orang yang serba nekad. Sutan Syahrir mengingatkan pada orang-orang jika dalam politik "hidup" dipertaruhkan untuk dimenangi, tidak untuk disia-siakan atau di hilangkan secara gegabah.

Bisa dimengerti jika kekhawatiran Syahrir mengenai beberapa orang muda di Indonesia pada saat setelah Perang Dunia II serta pada awal Permainan mesin slot kemerdekaan yang penuh tenaga serta determinasi tapi tiadanya pegangan mengenai bagaimana hidup mereka harus dimenangi. Sesudah Jepang mengaku kalah Syahrir menulis dengan prihatin jika beberapa pemuda terjerat antara sikap nekad di satu faksi serta keragu-raguan pada pihak yang lain.

Semboyan "Merdeka atau Mati" rupanya menjadi perangkap kejiwaan. Sebab pada saat melihat kemerdekaan belum seutuhnya terjadi sedang peluang untuk mati belum datang, karena itu beberapa pemuda itu terombang-ambing dalam keraguan yang tidak menentu. Menurut Sutan Sjahrir, keraguan itu berlangsung sebab semasa Jepang berkuasa di Indonesia, beberapa pemuda Indonesia cuma dikasih training untuk berbaris serta berkelahi, tapi belum pernah dididik mengenai kepememimpinan.

Syahrir memiliki pendapat jika kemerdekaan nasional cuma adalah jembatan untuk terwujudnya arah perjuangan berkebangsaan yang lain yakni kerakyatan, kemanusiaan, kebebasan dari kemelaratan, desakan serta penyedotan, keadilan serta pembebasan bangsa dari pegangan sisa-sisa feodalisme dan pendewasaan bangsa.

Dalam opini Syahrir itu jelas jika pimpinan serta rakyat Indonesia bukan hanya stop serta senang dengan kemerdekaan yang sudah didapat, mereka harus berusaha lagi untuk jadikan bangsa Indonesia jadi negara dan bangsa yang mandiri serta dapat berkompetisi dengan beberapa negara lain.

Revolusi membuat gelombang amarah serta ketakutan, karenanya susah untuk memikir dengan cara jernih. Cuma sedikit tokoh yang memiliki ide atau ide mengenai cara taktiks memberikan keyakinan untuk mengatur kecamuk revolusi.

Pada saat itu ada dua tokoh dengan pikirannya yang terkenal selanjutnya diyakini banyak golongan pejuang republik. Mereka ialah Tan Malaka serta Sutan Syahrir. Sutan Syahrir serta Tan Malaka ialah dua tokoh gerakan kemerdekaan yang dipandang bersih dari bintik Fasisme Jepang, walau selanjutnya berlawanan jalan dalam memperjuangan kedaulatan republik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar