SEJARAH SI PITUNG


SEJARAH SI PITUNG 

Arzichol Biografi - Berdasar pencarian van Till (1996) berdasar Hindia Olanda 22-11-1892 (Koran Terbitan Malaya (Malaysia di saat ini)). Di tahun 1892 Sang Pitung diketahui pada untuk "One Bitoeng", "Pitang", selanjutnya jadi "Sang Pitoeng" (Hindia Olanda 28-6-1892:3; 26-8-1892:2). Laporan pertama dari media massa ini memperlihatkan jika schout Tanah Abang cari rumah "One Bitoeng" di Sukabumi. 

Hasil dari penemuannya diketemukan Jas Hitam, Seragam Polisi serta Topi, dan beberapa peralatan yang lain yang dipakai untuk mengambil kampung (Hindia Olanda, 28-6-1892:2). Satu bulan selanjutnya polisi memeriksa tempat tinggalnya kembali lagi serta diketemukan uang sejumlah 125 gulden Saat di cari asal muasal uangnya dari hasil judi seperti casino online yang di bawa di kapal belanda seorang jendral yang bernama van hotten mcloren dia adalah seorang perwira yang sangat suka judi. Ini disangka uang curian dari Nyonya De C serta Haji Saipudin seorang Bugis dari Marunda (Hindia Olanda 10-8-1892:2;2; 26-8-1892:2). 

Selanjutnya Sang Pitung memakai senjata untuk mengambil pada tanggal 30 Juli 1892, saat itu Sang Pitung serta lima kawanannya (Abdoelrachman, Moedjeran, Merais, Dji-ih, serta Gering) menerobos rumah Haji Saipudin dengan memberikan ancaman jika Haji Saipudin akan ditembak.

Di tahun 1892, Pitung serta kawanannya diamankan oleh polisi setelah Kepala Kampung Kebayoran yang terima 50 ringgit (Hindia Olanda 26-8-1892:2) memberikan nasehat untuk tangkap Sang Pitung. Sesudah diamankan, kurang dari satu tahun selanjutnya, pada musim semi 1893, Pitung serta Dji-ih berencana kabur secara mirakelus dari tahanan Meester Cornelis. 

Satu penyelidikan selanjutnya dilaksanakan oleh Asisten Residen sendiri, tapi gagal. Sebab insiden itu, Kepala Penjara diduga melepas sang Pitung serta Dji-ih. Pada akhirnya seorang Petugas Penjara mengaku jika ia meminjamkan satu belincong (semacam linggis pencungkil) pada Sang Pitung, yang selanjutnya dipakai untuk membuka atap serta mendaki dinding (Hindia Olanda, 25-4-1893:3; Lokomotief 25-4 1893:2). Mengakibatkan, Sang Pitung terlepas lagi.

Berdasar isu, Pitung sempat memperlihatkan diri pada seorang wanita dalam suatu perahu dengan nama Prasman. Detektif coba cari di kapal itu (Hindia Olanda, 12-5-1893:3), tapi hasilnya Pitung tidak bisa diketemukan. Sebab susahnya mendapatkan serta tangkap sang Pitung, harga untuk penangkapan Pitung jadi bertambah sebesar 400 Gulden. 

Pemerintah Belanda di saat itu ingin tembak mati Pitung dalam tempat, tapi beberapa petinggi menjelaskan, bila Pitung ditembak malah akan menumbuhkan semangat patriotik, hingga kemauan ini dibatalkan oleh kepolisian Batavia untuk tembak di tempat meskipun selanjutnya ini dilaksanakan .

Untuk aksi balas sakit hati, Pitung lakukan perampokan dengan kekerasan termasuk juga dengan memakai sejata api. Pada akhirnya Pitung serta Dji-ih membunuh seorang polisi intel yang namanya Djeram Latip (Hindia Olanda 23-9-1893:2). Ia mengambil dari wanita pribumi, Mie, termasuk juga baju lelaki dan pistol revolver dengan pelurunya. Pengakuan ini dibantu oleh Nyonya De C, seorang pedagang wanita di Kali Besar yang mengatakan jika Pitung mengambil sarung yang berharga beberapa ratus Gulden dari perahunya (Hindia Olanda 22-11-1892:2).

Dji-ih diamankan kembali lagi di kampung halamannya saat sedang menanggung derita sakit. Di saat itu Dji-ih pulang ke kampung halamannya untuk mendapatkan penyembuhan. Selanjutnya ia geser ke rumah orangtua yang diketahui. Kepala kampung di saat itu (Djoeragan) menyampaikannya ke Demang selanjutnya memerintah tentara untuk tangkap Dji-ih dirumahnya. 

Sebab ia begitu sakit, ia tidak berkapasitas untuk menantang, meskipun di saat itu pistol dalam capaiannya (Hindia Olanda 19-8-1893:2). Ia menyerah tanpa ada perlawanan. Untuk tutupi ini selanjutnya Pemerintah Belanda merilis di Java-Bode (15-8-1893:2) jika Dji-ih kabur ke Singapura. Informan yang bertanggungjawab memberikan laporan Dji-ih selanjutnya ditembak mati oleh Pitung di satu tempat yang tidak jauh dari Batavia beberapa minggu setelah itu.

"'Itoe djoeragan koetika ketemoe Sang Pitoeng betoelan dalam tempat sepi troes, Sang djoeragan menjikip pada Sang Pitoeng serta dari tjipetnja Sang Pitoeng troes mengambil pestolnja dari pinjang, lalu tembak sang djoeragan itoe jadi mati itoe tempat djoega.' (Hindia Olanda 1-9-1893:2.)

Beberapa waktu selanjutnya, di bulan Oktober, Kepala Polisi Hinne pelajari dari informan jika Pitung nampak di Kampung Bambu, kampung antara Tanjung Priok serta Meester Cornelis. Selanjutnya dalam perjalanannya Hinne dikasih laporan jika Pitung sudah geser mengarah pekuburan di Tanah Abang (Hindia Olanda 18-10-1893). 

Selanjutnya, Hinne menembaknya dalan penyergapan itu. Pitung ditembak di tangan, selanjutnya Pitung membalasnya. Selanjutnya Hinne tembak ke-2 kalinya, tapi meleset, serta peluru ke-3 tentang dada serta membuat terjerembap di tanah. Satu hari setelah kematiannya, hari Senin, mayat dibawa ke penyemayaman Kampung Baru pada pukul 5 sore.

Sesudah Hinne tangkap Pitung, satu tahun selanjutnya ia dipropagandakan jadi Kepala Polisi Area Tanah Abang untuk memantau semua Metropolitan Batavia-Weltevreden. Sesudah insiden itu Pemerintah Hindia Belanda lakukan penjagaan supaya "Pitung-Pitung" lainnya tidak ada lagi di Batavia. Serta sebab ketakutannya makam Sang Pitung sesudah kematiannya, dijaga oleh Pemerintah Belanda supaya tidak diziarahi oleh warga pada saat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar