Loa Sek Hie Sia Pendiri Cina Benteng

 

Loa Sek Hie Sia Pendiri Cina Benteng

Loa Sek Hie Sia (1898-1965) ialah seorang tokoh politik, anggota Volksraad serta tuan tanah di waktu akhir masa Hindia Belanda. Dia ialah salah-satu pendiri serta kepala barisan keamanan Pao An Tui mendekati Revolusi Nasional Indonesia(1945-1949).

Loa ialah anak baba bangsawan Loa Tiang Hoei, Kapitein der Chinezen di Pasar Baru dari salah-satu gundiknya yang berdarah Austria serta Jawa, yakni Louise Goldman. Ibu tiri Loa ialah saudara dari Tio Tek Ho, Majoor der Chinezen di Batavia. Loa ialah cucu hartawan besar Loa Po Seng, yang namanya diabadikan di Jalan Poseng di Pasar Baru. Dia meyandang gelar 'Sia' untuk turunan Opsir Tionghoa.

Dia mendapatkan pendidikan Eropa, serta disekolahkan di Europeesche Lagere School (ESL) serta Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Dia tempuh pendidikan perniagaan serta hukum.

Di tahun 1919, Loa menikah dengan Corry Tan, putri seorang tuan tanah namanya Tan Liok Tiauw Sia, Landheer van Batoe-Tjepper. Mereka tinggal di Menteng dengan tiga putra putri mereka.

Loa jadi anggota Volksraad, yang ialah tubuh legislatif pertama di Hindia Belanda, dari tahun 1927 sampai masuknya Jepang ke tanah air di saat Perang Dunia Dua. Untuk anggota legislatif, Loa dengan H. H. Kan sebagai wakil Chung Hwa Hui, parpol turunan Tionghoa yang berkooperasi dengan pemerintah kolonial. Tetapi mereka mengusahakan penghilangan diskriminasi berdasar ras di Hindia Belanda, serta berupaya meningkatkan fasilitas pendidikan serta kesehatan buat komune Tionghoa di Indonesia. Dalam rencana ini, Loa jadi kepala pengurus serta salah-satu pendiri Jang Seng Ie (saat ini Rumah Sakit Husada).

Dia ialah anggota Dewan Kota Batavia (Gemeenteraad).

Di tahun 1929, Loa memberi rujukan ciri-ciri untuk Liem Bwan Tjie yang diduga simpatisan Komunisme oleh pemerintah kolonial. Dengan pertolongan Loa karena itu Liem diberi izin oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kembali lagi serta tinggal dan berkreasi di tanah air.

Seperti kakeknya, Loa jadi anggota Freemasonry di Indonesia.

Di saat Perang Dunia Dua, Loa menolong pengumpulan dana untuk Sekutu baik di Eropa atau Asia.

Saat Jepang masuk di Indonesia, Loa ditahan di Cimahi bersama-sama dengan beberapa beberapa tokoh pemerintah kolonial yang lain, seperti rekanan politiknya H. H. Kan serta Khouw Kim An, Majoor der Chinezen. Loa pada akhirnya dibebaskan waktu Jepang kalah perang di tahun 1945.

Dari tahun 1945 s/d tahun 1949, Indonesia alami Revolusi Nasional buat menjaga kemerdekaan. Sebab proses ini memunculkan banyak huru-hara dan suka bermain judi Perkembangan Casino Online di kalangan cina benteng dalam perjudian sangat terkenal sampai sekarang seperti capsa dan lain nya, Loa dengan beberapa tokoh warga Tionghoa yang lain memutuskan untuk membangun Pao An Tui yang beritikad netral serta bertindak selaku barisan keamanan warga Tionghoa. Loa jadi kepala Pao An Tui, serta sukses memperoleh suport sah dari Sutan Sjahrir, Pertama Menteri pertama Indonesia. Pao An Tui dipersenjatakan oleh tentara Sekutu. Sebab pertolongan senjata dari Sekutu karena itu banyak barisan menunding Pao An Tui untuk kaki-tangan penjajah Belanda.

Loa memberikan dukungan dibangunnya Republik Indonesia Serikat (RIS) sebab berasumsi jika RIS bisa bertambah memberi otonomi untuk kelompok-kelompok non-Jawa di tanah air. Menurut Loa, federalisme ialah bentuk pemerintahan yang sangat pas untuk Indonesia yang berbentuk bermacam suku-bangsa.

Sesudah Indonesia merdeka, President pertama RI Sukarno terdapat beberapa meminta opini Loa dalam beberapa hal yang berkaitan dengan usaha-usaha Belanda serta Tionghoa di Indonesia, dan Freemasonry. Tetapi sebab hubungan Loa dengan pemerintah kolonial, peran politknya benar-benar menyusut di masa kemerdekaan.

Loa wafat di Den Haag di Belanda pada tangga 24 Desember 1965.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar