TAN MALAKA PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN

TAN MALAKA PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN

Rumah kelahiran Tan Malaka

Nama asli Tan Malaka ialah Sutan Ibrahim, sedang Tan Malaka ialah nama semi-bangsawan yang dia peroleh dari garis turunan ibu.Nama selengkapnya ialah Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Tanggal kelahirannya masih diperdebatkan, sedang tempat kelahirannya saat ini diketahui dengan nama Nagari Pandam Gadang, Suliki (sekarang masuk Gunuang Omeh), Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Ayah serta Ibunya namanya HM. 

Rasad, seorang karyawan pertanian, serta Rangkayo Sinah, putri orang yang dihormati di desa. Sewaktu kecilnya, Tan Malaka suka pelajari pengetahuan agama serta berlatih pencak silat. Di tahun 1908, dia didaftarkan ke Kweekschool (sekolah guru negara) di Fort de Kock. Menurut GH Horensma, salah satunya guru di sekolahnya itu, Tan Malaka ialah murid yang pintar, walau terkadang tidak taat. 

Di sekolah ini, dia nikmati pelajaran bahasa Belanda, hingga Horensma merekomendasikan supaya dia jadi seorang guru di sekolah Belanda. Dia ialah seorang pemain sepak bola yang berbakat. Sesudah lulus dari sekolah itu di tahun 1913, dia disodori gelar datuk serta seorang gadis menjadi tunangannya. Tetapi, dia cuma terima gelar datuk.  Gelar itu diterimanya dalam satu upacara tradisionil di tahun 1913.

Pendidikan di Belanda

Walau dipilih jadi datuk, pada bulan Oktober 1913, dia tinggalkan desanya untuk belajar di Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah), dengan pertolongan dana oleh beberapa engku dari desanya. Sesampainya di Belanda, Malaka alami surprise budaya serta di tahun 1915, dia menanggung derita pleuritis.

Semasa kuliah, pengetahuannya mengenai revolusi mulai ada serta bertambah sesudah membaca buku de Fransche Revolutie yang dia peroleh dari seorang sebelum keberangkatannya ke Belanda oleh Horensma.Sesudah Revolusi Rusia pada Oktober 1917, dia mulai tertarik pelajari memahami Sosialisme serta Komunisme. Mulai sejak itu, dia seringkali membaca buku-buku karya Karl Marx, Friedrich Engels, serta Vladimir Lenin. 

Friedrich Nietzsche jadi salah satunya panutannya. Waktu itu dia mulai membenci budaya Belanda serta berkesan oleh warga Jerman serta Amerika yang sangat gemar bermain casino seperti nya dia tau Perkembangan Casino Online akan sangat maju di dunia . Sebab jumlahnya pengetahuan yang dia bisa mengenai Jerman, dia terobsesi jadi salah satunya angkatan perang Jerman. Ia selanjutnya mendaftarkan ke militer Jerman, tetapi dia tidak diterima sebab Angkatan Darat Jerman tidak terima orang asing.

 Sesudah beberapa saat selanjutnya, dia berjumpa Henk Sneevliet, salah satunya pendiri Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV, yaitu organisasi sebagai cikal akan Partai Komunis Indonesia).Dia lalu tertarik dengan penawaran Sneevliet yang ajaknya masuk dengan Sociaal Democratische-Onderwijzers Vereeniging (SDOV, atau Perkumpulan Demokratik Sosial Guru).Lalu pada bulan November 1919, dia lulus serta terima ijazahnya yang disebutkan hulpactie.

Mengajar

Sesudah lulus dari SDOV, dia kembali pada desanya. Dia selanjutnya terima penawaran Dr. C. W. Janssen untuk mengajar beberapa anak kuli di perkebunan teh di Sanembah, Tanjung Morawa, Deli, Sumatra Utara.Dia datang disana pada Desember 1919 serta mulai mengajar beberapa anak itu berbahasa Melayu pada Januari 1920.

Kecuali mengajar, Tan Malaka menulis beberapa propaganda subversif untuk beberapa kuli, diketahui untuk Deli Spoor.[16] Selama saat ini, dia memperhatikan serta pahami kesengsaraan dan keterbelakangan hidup golongan pribumi di Sumatra.

Dia terkait dengan ISDV serta kadang menulis untuk mass media.Salah satunya karya awalannya ialah "Tanah Orang Miskin", yang bercerita mengenai ketidaksamaan menonjol dalam soal kekayaan di antara golongan kapitalis serta pekerja, yang dimuat di Het Vrije Woord edisi Maret 1920.[19] Dia menulis tentang kesengsaraan beberapa kuli kebun teh di Sumatra Post.

Setelah itu, Tan Malaka jadi calon anggota Volksraad dalam penyeleksian tahun 1920 sebagai wakil golongan kiri.Tetapi dia pada akhirnya memundurkan diri pada 23 Februari 1921 tanpa ada alasan yang pasti.Dia lalu buka sekolah di Semarang atas pertolongan Darsono, tokoh Sarekat Islam (SI) Merah. Sekolah itu disebutkan Sekolah Rakyat. Sekolah itu mempunyai kurikulum seperti sekolah di Uni Sovyet, dimana tiap pagi murid-murid menyanyikan lagu Internasionale". 

Tan sempat juga berjumpa dengan beberapa tokoh gerakan seperti HOS Tjokroaminoto serta H. Agus Salim. Dalam otobiografinya, Tan memandang jika SI di bawah Tjokroaminoto ialah salah satu partai massa paling baik yang dia kenali. Tetapi, Tan mengomentari waktu berlangsung perpecahan di SI, organisasi SI tidak mempunyai arah serta strategi hingga terpecah.

Hidup Membujang

Sampai akhir hayatnya, Tan Malaka diberitakan tidak penah menikah, tapi dia mengaku sempat 3x jatuh hati, yakni saat dia ada di Belanda, Filipina, serta Indonesia.Di Belanda, Tan Malaka diberitakan sempat merajut jalinan dengan gadis Belanda namanya Fenny Struyvenberg, mahasiswi kedokteran yang sering tiba ke kosnya. 

Sesaat di Filipina, dia jatuh cinta pada seorang gadis namanya Carmen, puteri sisa pemberontak di Filipina serta Rektor Kampus Manila. Sedang waktu dia masih di Indonesia, Tan sempat jatuh hati pada salah satu siswi wanita di sekolahnya waktu itu, yaitu Syarifah Nawawi. Fakta Tan Malaka tidak menikah ialah sebab perhatiannya begitu besar untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Kematian

Pada 21 Februari 1949, Tan Malaka dilakukan mati oleh Suradi Tekebek, orang yang dikasih pekerjaan oleh Letnan Dua Soekotjo dari Gagalion Sikatan, Seksi Brawijaya. Sesudah dilakukan dia disemayamkan ditengah-tengah rimba dekat tempat Soekotjo. Kematiannya tanpa ada dibikin laporan atau kontrol selanjutnya.

Madilog serta Gerpolek, kedua-duanya seringkali dipandang adalah karya penting dari Tan Malaka.

Madilog adalah arti baru dalam langkah memikir, dengan menyambungkan pengetahuan bukti dan meningkatkan dengan jalan serta cara yang sesuai akar serta urat kebudayaan Indonesia untuk sisi dari kebudayaan dunia. Bukti ialah bukti serta bukti ialah lantainya pengetahuan bukti. Buat filsafat, idealisme yang inti serta pertama ialah budi (mind), kesatuan, pemikiran serta penginderaan. Filsafat materialisme memandang alam, benda serta kenyataan riil objektif seputar untuk yang ada, yang inti serta yang pertama.

Buat Madilog (Materialisme, Aksentika, Nalar) yang inti serta pertama ialah bukti, walaupun belum bisa diterangkan dengan cara logis serta nalar tapi bila bukti untuk dasar pengetahuan bukti itu ada dengan cara nyata, sekalinya ilmu dan pengetahuan dengan cara logis belum bisa menerangkannya serta belum bisa menjawab apa, kenapa serta bagaimana.

Semua karya Tan Malaka serta masalahnya didasari oleh situasi Indonesia pada saat itu. Khususnya rakyat Indonesia, kondisi dan situasi nusantara, dan kebudayaan serta riwayat yang disudahi dengan bagaimana arahkan pemecahan permasalahan itu. Langkah adat riil bangsa Indonesia dengan background sejarahnya bukan langkah memikir yang teoretis serta untuk capai Republik Indonesia telah ia cetuskan semenjak tahun 1925 melalui Naar de Republiek Indonesia.

Bila membaca beberapa karya Tan Malaka yang mencakup semua bagian kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran (Gerpolek-Gerilya-Politik serta Ekonomi, 1948), maka diketemukan benang putih keilmiahan serta ke-Indonesia-an dan benang merah kemandirian yang disebut sikap persisten yang pasti pada ide-ide dalam perjuangannya.

Pahlawan

Sesudah Indonesia merdeka, Tan Malaka jadi salah satunya perintis sayap kiri. Dia terjebak dalam Momen 3 Juli 1946 dengan membuat Persatuan Perjuangan serta disebut untuk otak dari penculikan Sutan Syahrir yang pada saat itu adalah perdana mentri. Karenanya dia dijebloskan ke penjara tanpa ada sempat diadili semasa dua 1/2 tahun. Sesudah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso serta Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan demikian saja dari penjara.

Di lain sisi, sesudah menilai keadaan yang sangat kronis buat Republik Indonesia karena Kesepakatan Linggajati 1947 serta Renville 1948, yang disebut buah hasil dari diplomasi Sutan Syahrir serta Pertama Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka meniti pembangunan Partai Murba, 7 November 1948 di Yogyakarta.

Sesudah pemberontakan PKI/FDR di Madiun ditumpas di akhir November 1948, Tan Malaka ke arah Kediri serta kumpulkan sisa-sisa pemberontak PKI/FDR yang waktu itu berada di Kediri, dari sana dia membuat pasukan Gerilya Pembela Proklamasi. Pada bulan Februari 1949, Tan Malaka diamankan bersama-sama sebagian orang penganutnya di Pethok, Kediri, Jawa Timur serta mereka ditembak mati disana. 

Tidak ada satupun faksi yang mengetahui tentu dimana makam Tan Malaka serta siapa yang tangkap serta tembak mati dianya serta penganutnya. Tetapi pada akhirnya mirakel itu tersingkap dari pembicaraan Harry A. Poeze, seorang Sejarawan Belanda yang mengatakan jika yang tangkap serta tembak mati Tan Malaka pada tanggal 21 Februari 1949 ialah pasukan TNI di bawah pimpinan Letnan II Soekotjo (sempat jadi Wali Kota Surabaya). Gagalyon itu di bawah komando Brigade S yang panglimanya ialah Letkol Soerachmad. dari Gagalyon Sikatan, Seksi Brawijaya.

Ketetapan Presiden RI No. 53, yang diberi tanda tangan Presiden Soekarno 28 Maret 1963 memutuskan Tan Malaka untuk Pahlawan Nasional.

Pada 21 Februari 2017, mayat Tan Malaka dengan cara simbolis dipindah dari Kediri ke Sumatra Barat. Ini diusahakan oleh keluarga besar Tan Malaka serta barisan yang terhimpun dalam Tan Malaka Institute. Sebab tidak berhasil bawa mayat Tan Malaka dengan cara utuh, mereka putuskan untuk memulangkannya dengan cara simbolis, yaitu dengan bawa tanah dari pekuburan Tan Malaka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar